Pages - Menu

Rabu, 25 Mei 2011

Nuclear Engineering (Teknik Nuklir)

Kalau Patrick Moore (Salah satu pendiri Greenpeace) pernah membuat tulisan yang membahas mitos-mitos yang salah tentang energi nuklir, maka kali ini tulisan ini akan membahas mitos-mitos yang salah tentang mahasiswa nuklir.

Banyak sekali hal-hal yang saya dan teman-teman sesama mahasiswa nuklir alami ketika berinteraksi dengan sebagian orang yang awam tentang energi nuklir. Terkadang kami diminta segera menikah (kalau yang ini semua juga mau he..he..) karena dikuatirkan mandul (waduh…siaga satu nih). Kadang-kadang kami diminta hati-hati dengan teroris…he.he….(mungkin takut kami buat bom atom kali ya?) ya beginilah nasib mahasiswa nuklir.



Beberapa mitos salah tentang mahasiswa nuklir :

Wajib Nikah

Mitos ini mengatakan mahasiswa teknik nuklir wajib menikah pada semester ke-4 karena dikuatirkan akan mandul akibat radiasi. Hal ini tidak benar, tidak ada yang meminta saya menikah ketika dulu masuk semester ke-4. Dan saya belum tahu di dunia ini ada jurusan teknik nuklir yang meminta mahasiswanya menikah pada semester sekian.

Meskipun demikian beberapa teman juga menikah ketika kuliah, tapi itupun kehendak sendiri bukan karena “kecelakaan” atau paksaan dari jurusan.

Dan bukti empiris membuktikan sepengetahuan saya tidak ada dosen dan alumni teknik nuklir UGM yang tidak memiliki keturunan alias mandul. Jadi ga perlu takut jadi mahasiswa teknik nuklir.

Tukang Buat Bom

Mitos ini mengatakan mahasiswa teknik nuklir diajari untuk membuat bom nuklir, jadi harus berhati-hati dengan orang yang menyandang status “mahasiswa teknik nuklir”. Hal ini juga tidak benar, tidak ada satu pun mata kuliah yang berjudul “Teknik Merakit Bom Nuklir” atau yang sejenisnya. Di sini kami diajari bagaimana memanfaatkan energi nuklir untuk kemaslahatan umat manusia secara aman dan ekonomis, misalnya sebagai sumber energi dan berbagai manfaat lainnya.

Sulit Mendapatkan Pekerjaan

Mitos ini mengatakan mahassiwa teknik nuklir sulit mendapatkan pekerjaan karena lapangan pekerjaan yang berhubungan dengan teknik nuklir sedikit. Sekali lagi ini juga tidak sepenuhnya benar, tinggal kembali kepada pribadi masing-masing. Kalau memang bersungguh-sungguh dalam kuliah dan tidak mudah menyerah ketika mencari pekerjaan, insyaAllah pasti akan mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

Lagi pula ungkapan bahwa lapangan pekerjaan yang berhubungan dengan teknik nuklir sedikit juga tidak benar, banyak industri di Indonesia yang membutuhhkan ilmu yang dimiliki lulusan teknik nuklir. Hanya saja sedikit petinggi perusahaan yang tahu bahwa di Indonesia dan khususnya di UGM ada Jurusan Teknik Nuklir, dengan akreditasi A lagi.

Belum lagi jika anda merelakan meninggalkan keluarga untuk sementara waktu, anda bisa mencari beasiswa S-2 ke luar negeri kemudian cari kerja di sana. Tentu saja peluang kerja di luar negeri lebih besar.

Beberapa teman seangkatan dengan saya mendaftar di perusahaan semikonduktor di Batam (yang sekilas tidak ada hubungannya dengan teknik nuklir) dan semuanya diterima. Dua teman saya yang juga seangkatan dengan saya sedang mengambil S-2 di Jepang dan jika telah lulus langsung ditempatkan di Jepang.

So bersungguh-sungguhlah dan think globally but act locally.

Mungkin ini hanya sebagian mitos-mitos yang salah tentang mahasiswa teknik nuklir. Jadi tidak ada alasan bagi adik-adik yang tertarik dengan teknik nuklir untuk tidak mengambil jurusan teknik nuklir.

cousrey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar