Pages - Menu

Minggu, 12 Mei 2013

Stadion Juventus Arena (Juventus Arena Stadium)

Pada kesempatan kali ini saya akan memberi informasi kepada anda para pembaca tentang salah satu stadion sepak bola yang sangat terkenal di dunia, yaitu Stadion Juventus Arena. Semoga dapat membantu anda.


Stadion Juventus (atau yang sebelumnya dikenal dengan nama Juventus Arena) adalah sebuah stadion sepak bola di Torino, Piemonte. Stadion ini menjadi rumah untuk klub Juventus F.C.. Stadion ini resmi dibuka pada 8 September 2011 dan memiliki kapasitas 41.000 penonton.
Stadion ini dibangun di atas lahan bekas Stadion Delle Alpi. Beberapa
perbedaan antara stadion sebelumnya dengan stadion yang baru ini, antara lain jarak tribun yang sangat dekat dengan lapangan, yaitu sekitar 7,5 meter. Sementara jarak grandstand utama stadion ini berjarak sekitar 49 meter dari lapangan. Stadion Juventus ini mengambil model dari stadion-stadion di Inggris.



Stadion kandang Juventus sebelumnya yaitu Stadion Delle Alpi dipakai pada tahun 1990 untuk menjadi tuan rumah pertandingan Piala Dunia FIFA 1990. Kepindahan klub ke Delle Alpi dari stadion sebelumnya yaitu Stadion Comunale dianggap kontroversial pada saat itu. Kepindahan Juventus ke Delle Alpi juga dipenuhi kritik karena jarak pandang dari tribun penonton ke lapangan dianggap terlalu jauh dan menyulitkan bagi penonton yang datang sehingga menjadikan Juventus saat itu justru lebih banyak yang menontonnya dari siaran langsung televisi. Kapasitas Delle Alpi adalah 67.000 kursi tetapi hanya setengahnya saja yang kerap terisi setiap Juventus bermain di sana. Juventus kemudian membeli Delle Alpi dari Pemerintah Daerah Torino pada tahun 2003.
Juventus kemudian pindah dari stadion yang tidak populer tersebut pada tahun 2006 dan mulai berencana untuk membangun tempat yang lebih menyenangkan bagi pemain dan penggemar. Saat itu, mereka berbagi Stadion Olimpiade Torino yang baru direnovasi dengan klub sekota Torino F.C., yang juga kurang populer karena kapasitasnya yang kecil.
Pada November 2008, klub mengumumkan rencana untuk membangun stadion berkapasitas 41.000 penonton di bekas lokasi Stadion Delle Alpi. Stadion baru tersebut dibangun dengan biaya €100 juta (£90 juta) dan diputuskan bahwa lintasan atletik yang menjadi ikon Delle Alpi akan dihapuskan dan akan membuat stadion yang mirip dengan stadion sepak bola di Inggris. Juventus menjadi klub Italia pertama yang membangun dan memiliki stadion sendiri.
Upacara pembukaan stadion diadakan pada tanggal 8 September 2011, dengan pertandingan eksibisi sejarah melawan Notts County, sebuah tim sepak bola dari Nottingham, Inggris. Pertandingan berakhir 1–1 dengan gol dari Luca Toni dan Lee Hughes pada babak kedua. Sebagai tanda terima kasih, Notts County kemudian mengundang Juventus untuk bertanding kembali di Meadow Lane pada tahun 2012 untuk merayakan ulang tahun ke-150 klub tersebut.
Pertandingan resmi perdana Juventus di stadion ini adalah pada laga pembuka musim Seri A 2011-12 tanggal 11 September 2011 melawan Parma. Stephan Lichtsteiner mencetak gol resmi pertama Juventus di stadion ini pada menit ke-17. Juventus memenangi pertandingan ini dengan skor 4–1.
Jumlah penonton terbanyak yang datang ke Juventus Stadium tercatat mencapai angka 40.045 pada tanggal 20 Maret 2012 untuk pertandingan Piala Italia melawan AC Milan yang berakhir 2–2 dengan kemenangan agregat 3–2 untuk Juventus. Sementara, jumlah penonton terbanyak yang menghadiri pertandingan Seri A adalah 38.686 yang tercatat pada 22 April 2012 saat Juventus melawan AS Roma. Juventus memenangkan pertandingan tersebut dengan skor dominan 4–0.

Proyek konstruksi Stadion Juventus dirancang sedemikian rupa agar memastikan dampak lingkungan yang rendah dari pembangunan stadion ini melalui penggunaan teknologi ramah lingkungan yang sangat mutakhir. Stadion ini dibangun untuk mengurangi konsumsi energi yang tidak bisa diperbaharui dan juga mengurangi limbah, serta mengoptimalkan sumber daya yang tersedia. Stadion ini dapat menghasilkan listrik yang dibutuhkan melalui penggunaan energi matahari yang ditangkap melalui panel surya. Selain itu fasilitas ini juga dapat menghasilkan air hangat yang memanaskan kamar, ruang ganti, dapur, dan lapangan sepak bola melalui jaringan pemanas yang terpasang di seluruh sisi stadion yang juga dapat memanaskan air panas untuk ruang ganti dan dapur restoran menggunakan sistem termal surya. Sumber-sumber energi alternatif yang ditujukan untuk membantu stadion memenuhi kriteria yang ditentukan oleh Protokol Kyoto dengan menghasilkan beberapa hasil, antara lain:
  • Pengurangan gas rumah kaca
  • Tidak ada polusi udara
  • Tidak ada resiko kebakaran
  • Integrasi dengan pemanasan distrik
  • Pengurangan limbah
  • Intensif eksploitasi energi surya melalui alat pelacak surya
  • Tidak ada produksi kimia atau emisi akustik
  • Penggunaan kembali air hujan
  • Pengurangan minimal 50% dari air yang dibutuhkan untuk irigasi lapangan
Selain beberapa upaya yang dilakukan tersebut, beberapa materi bekas dari Stadion Delle Alpi dipakai sebagai penghematan biaya dan diklaim telah menghemat biaya sebesar 2,3 juta Euro.


Ingin stadion dari klub sepak bola kesayangan anda di bahas dalam blog ini ?
Silahkan beri usul di tempat komentar di bawah ini...

Kalahkan City di Menit Terakhir, Wigan Juara Piala FA

London - Wigan Athletic tampil sebagai juara Piala FA musim ini setelah di final mengalahkan Manchester City dengan skor tipis, 1-0. Gol kemenangan mereka tercipta di menit-menit terakhir pertandingan.

Adalah Ben Watson yang menjadi pahlawan The Latics, dengan menyundul masuk bola sepak pojok dari Shaun Maloney persis di menit 90, dalam laga yang digelar di Stadion Wembley, Sabtu (11/5/2013) malam WIB.

City, yang dua tahun lalu juga tampil di final dan menjadi juara, tak punya banyak waktu dan kesempatan lagi untuk membalas gol yang terkesan mengejutkan itu. Mereka pun kalah, dan pasukan Roberto Mancini itu harus menyelesaikan musim ini tanpa gelar, setelah musim lalu meraih titel Premier League.

Sebaliknya, kemenangan ini menjadi sejarah buat Wigan karena baru kali ini mereka mendapatkan sebuah trofi besar sejak berdiri 81 tahun silam.
 
 

Kamis, 14 Februari 2013

Stadion Goodison Park (Goodison Park Stadium)

Pada kesempatan kali ini saya (penulis) akan memberi Informasi kepada anda para pembaca tentang salah satu stadion sepak bola yang sangat terkenal di dunia, yaitu Stadion Amsterdam Arena. Semoga dapat membantu anda.



Goodison Park adalah stadion sepak bola yang terletak di WaltonLiverpool, Inggris. Stadion ini telah menjadi rumah bagi Everton FC sejak selesai pada tahun 1892 dan merupakan salah satu stadion pertama di dunia yang tujuan dibangunnya dengan alasan sepak bolaStadion ini dibangun di daerah perumahan yang dilayani oleh kereta api
reguler dan layanan bus dua mil (3 km) dari pusat kota Liverpool.
Goodison telah mengalami banyak perubahan selama bertahun-tahun dan saat ini memiliki kapasitas semua-duduk dari 40.157. Penggemar Everton merujuk ke stadion sebagai "The Grand Old Lady" dan disingkat "Goodison".

Ini menjadi tuan rumah lebih top-flight game daripada stadion lain di Inggris.Goodison telah menyelenggarakan jumlah maksimum pertandingan liga sejak Premier League dibentuk pada tahun 1992, saat Everton tetap di tingkat atas sepakbola Inggris sejak 1954. Klub hanya berada di luar divisi teratas selama empat musim, setelah hanya diturunkan dua kali (tahun 1930 dan 1951).

Serta Hosting permainan Everton, stadion telah menjadi tempat untuk final Piala FA dan banyak perlengkapan internasional, termasuk beberapa di Piala Dunia FIFA 1966. Rekor untuk kehadiran tertinggi dalam sepak bola perempuan berdiri di Goodison Park pada tahun 1920, yang berdiri untuk 92 tahun sampai 31 Juli 2012. Kehadiran yang tinggi ini permainan sepakbola mengakibatkan perempuan yang dilarang oleh Asosiasi Sepakbola selama 50 tahun karena mereka merasa terancam permainan laki-laki.
Goodison Park dikandung dalam kondisi yang tidak biasa: dua faksi politisi di dewan Everton bergulat untuk mengontrol nasib klub. Sebuah perpecahan muncul dengan anggota mayoritas dengan meninggalkan rumah mereka di Anfield dan membentuk Goodison Park. Relokasi Everton FC ke Goodison Park adalah salah satu kasus paling awal dari tim pindah ke stadion baru untuk manfaat moneter.
Everton awalnya dimainkan pada lapangan terbuka di sudut selatan-timur yang baru ditata Taman Stanley , yang merupakan situs untuk diusulkan stadion baru Liverpool FC. Pertandingan resmi pertama terjadi pada tahun 1879. Pada tahun 1882, Mr J. Cruit menyumbangkan tanah di Jalan Priory dengan fasilitas yang diperlukan untuk klub profesional. Cruit meminta klub untuk meninggalkan tanahnya setelah dua tahun karena orang banyak menjadi terlalu besar dan berisik.
Everton pindah ke Anfield di dekatnya, di mana berdiri tertutup tepat dibangun. Everton bermain di Anfield dari tahun 1884 sampai 1892. Selama waktu ini klub berbalik tim profesional dan masuk di Piala FA. Mereka menjadi anggota pendiri Football League dan memenangkan kejuaraan pertama mereka di tanah di 1890-1891. Kapasitas Anfield tumbuh ke lebih dari 20.000 dan klub menjadi tuan rumah pertandingan internasional antara Inggris dan Irlandia. Selama waktu mereka di Anfield, Everton menjadi klub pertama yang memperkenalkan goalnets ke sepak bola profesional.
Pada tahun 1890, sengketa tentang bagaimana klub itu harus dimiliki dan dijalankan muncul dengan John Houlding, pemilik saham mayoritas Anfield dan Ketua Everton, di garis depan. Houlding dan komite klub awalnya tidak setuju tentang pembelian penuh dari tanah di Anfield dari pemilik tanah kecil Mr. Orrell dan meningkat menjadi perselisihan berprinsip tentang bagaimana klub dijalankan. Dua perbedaan pendapat tersebut termasuk Houlding ingin Everton untuk menjual hanya produk bir selama acara dan untuk para pemain Everton untuk menggunakan rumah publik Sandon sebagaimana mengubah fasilitas kamar.
Yang paling terkenal dari perbedaan pendapat menyangkut tingkat Everton sewa meningkat diminta untuk membayar. Pada tahun 1889, Everton membayar £ 100 untuk Houlding sewa dan oleh musim 1889-1890 ia pengisian Everton £ 250. Everton harus membayar untuk semua pekerjaan dan berdiri. Sengketa meningkat ke sewa dituntut sebesar £ 370 per tahun. Dalam rumit mengarah ke perpecahan dalam klub, sengketa sewa terlalu sederhana untuk dipilih sebagai penyebab utama. Sengketa ini diperparah oleh banyak poin yang disengketakan kecil.
Flashpoint adalah perjanjian dalam kontrak pembelian tanah oleh Houlding dari Orrell menyebabkan gesekan lebih lanjut dan mendalam. Sebuah strip tanah di tanah Anfield berbatasan dengan daratan yang dimiliki oleh Mr Orrell, dapat digunakan untuk menyediakan kanan jalan jalan akses untuk situs daratan kosong Orrell itu. Pada awal 1.891 klub didirikan berdiri pada jalan sekarang diusulkan, yang juga tumpang tindih lahan Orrell itu, tanpa diketahui ke Everton FC Komite. Pada Agustus 1891 Orrell mengumumkan niat mengembangkan tanahnya sebelah lapangan sepak bola dan membangun akses jalan di tanah milik Houlding dan Everton FC diduduki oleh
Everton FC menyatakan mereka tidak tahu perjanjian, Houlding menyatakan mereka lakukan. Situasi ini menciptakan ketidakpercayaan besar dan gesekan antara Houlding dan Everton FC Komite. Keretakan dan ketidakpercayaan antara komite dan Houlding adalah pada tiga tingkat, niat pribadi Houlding bisnis, politik, dan moral. Namun demikian, klub menghadapi dilema karena harus menghancurkan berdiri menghasilkan pendapatan baru atau kompensasi Orrell.
Cara Houlding di seluruh masalahnya adalah untuk mengajukan sebuah perusahaan terbatas dengan pengapungan dari klub yang memungkinkan klub untuk membeli itu Houlding dan tanah Orrell yang langsung, berharap untuk meningkatkan £ 12.000. Usaha-usaha sebelumnya untuk mengumpulkan uang dari masyarakat telah gagal total. Ini akan berarti klub akan perlu untuk menemukan £ 6.000 di kas dengan tambahan £ 4.875 hipotek. Komite Everton awalnya menerima usulan Houlding dalam prinsipnya, namun suara menentang itu pada pertemuan.
Setelah banyak negosiasi dan nyerempet bahaya di kedua sisi Everton dikosongkan Anfield dengan Houlding ditinggalkan dengan stadion kosong, yang segera terbentuk Liverpool FC.
Klub-klub itu sendiri memiliki perbedaan versi peristiwa mengapa hal itu terjadi.


Stadion Utama Gelora Bung Karno (Gelora Bung Karno Stadium)

Pada kesempatan kali ini saya (penulis) akan memberi Informasi kepada anda para pembaca tentang salah satu stadion sepak bola yang sangat terkenal di dunia, yaitu Stadion Utama Gelora Bung Karno. Semoga dapat membantu anda.

Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah sebuah stadion serbaguna di Jakarta, Indonesia yang merupakan bagian dari kompleks olahraga Gelanggang Olahraga Bung Karno. Stadion ini umumnya digunakan sebagai arena pertandingan sepak bola tingkat internasional. Stadion ini dinamai untuk menghormati Soekarno, Presiden pertama Indonesia, yang juga merupakan tokoh yang mencetuskan gagasan pembangunan kompleks olahraga ini. Dalam rangka de-Soekarnoisasi, pada masa Orde Baru, nama stadion ini diubah menjadi Stadion Utama Senayan. Setelah bergulirnya gelombang reformasi pada 1998, nama Stadion ini dikembalikan kepada namanya semula melalui Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.



Dengan kapasitas sekitar 100.800 orang, stadion yang mulai dibangun pada pertengahan tahun 1958 dan penyelesaian fase pertamanya pada kuartal ketiga 1962 ini merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Menjelang Piala Asia 2007, dilakukan renovasi pada stadion yang mengurangi kapasitas stadion menjadi 88.083 penonton. Hal ini dibagi menjadi 24 sektor dan 12 pintu masuk, dan ke berdiri atas dan bawah.



Gedung olahraga ini dibangun mulai sejak pada tanggal 8 Februari 1960 sebagai kelengkapan sarana dan prasarana dalam rangka Asian Games 1962 dan selesai pada tanggal 21 Juli 1962. Serta mulai buka diresmikan sejak pada tanggal 24 Agustus 1962 yang diadakan di Jakarta.

Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958. 
Dan tentunya dengan dana yang cukup besar tersebut itu menjadikan galanggang olahraga ini sebagai stadion sepakbola terbesar di Indonesia.Hingga saat ini, Gelora Bung Karno merupakan satu-satunya stadion yang benar-benar berstandar internasional di Indonesia








Selasa, 12 Februari 2013

Big Match Liga Champions


Sumber

Perth Arena

Selamat Tahun 2013 ! dan tahun ini akan saya buka dengan sebuah arena olahraga yang terletak di Perth, Australia. Perth Arena merupakan sebuah arena multifungsi yang dibuka pada 10 November 2012. Pembangunan Perth Arena dimulai pada 2007, biaya pembangunan mengalami pembengkakan diperkirakan mencapai U$550 Juta. 
Perth Arena dapat digunakan sebagai stadion basket, tennis, netball dan juga dapat digunakan untuk menggelar konser. Stadion ini ditempati oleh tim basket NBL  yaitu Perth Wildcats. Saat ini Perth Arena sedang menggelar turnamen tennis awal tahun, Hopman cup 2013
Warna utama interior dan eksterior stadion yaitu biru dengan berbagai variasi. Mulai dari lapangan hingga kursi penonton menggunakan warna tersebut. 
Perth Arena dirancang agar menjadi sebuah bangunan ikonik kota Perth. Sehingga bentuk stadion dirancang agar memiliki keunikan tersendiri dengan sudut-sudutnya yang tajam. 
Sedangkan bagian dalam Perth Arena didominasi oleh nuansa dinding kayu yang hangat menyambut para fans dan pemain saat mereka tengah bersantai menunggu acara dimulai. 
Kapasitas Perth Arena berubah ubah tergantung acara yang digelarnya. Untuk tennis, kapasitas mencapai 13,910 penonton. Sedangkan untuk basket dan netball mencapai 14,846 penonton. Sebanyak 15,500 penonton dapat ditampung untuk menyaksikan konser.Perth Arena juga dilengkapi dengan retractable roof yang memungkinkan untuk menaungi lapangan pertandingan saat cuaca memburuk. Atap tersebut dapat ditutup secara penuh hanya dalam 14 menit. 

Juventus Arena

Juventus, yang berjuluk si nyonya tua merupakan salah satu klub sepakbola terbaik di Italia. Mereka baru saja bangkit dari keterpurukan selama beberapa tahun belakangan ini yang diakibatkan karena mereka terlibat oleh skandal sepakbola Italia. Mereka bangkit dengan memenangkan Liga Serie A musim 2011/2012 dengan rekor tanpa kekalahan. Secara kebetulan, musim itu merupakan musim pertama mereka bermain di kandang baru, Juventus Arena. 
Stadion ini menggantikan peran stadion legendaris Juventus, Delle Alpi yang sudah tidak layak bagi klub seperti Juventus. Untuk itulah pembangunan stadion baru ini dilaksanakan mulai tahun 2009 - 2011. Juventus Arena memiliki sebuah simbol unik layaknya lengkungan stadion Wembley yaitu 2 buah penopang atap berbentuk segitiga. Juventus Arena merupakan salah satu stadion yang ramah lingkungan yang dibangun di eropa. Fitur ramah lingkungannya yaitu pengairan stadion yang menggunakan air hujan yang ditampung, penggunaan tenaga matahari dan pengeluaran polusi yang minim
Dengan biaya yang mencapai 120 Juta Euro, Juventus Arena dibangun untuk menampung 41.000 penonton dan juga beberapa fitur lainnya antara lain sebuah museum Juventus, tempat parkir yang memadai, bar, tempat duduk eksekutif dan restoran eksekutif. Kenyamanan lain yang ditawarkan adalah jarak lapangan yang dekat dengan para penonton dengan jarak terdekat 7,5 meter sedangkan jarak terjauh dari lapangan yaitu 49 meter. 
Tak heran dengan semua keunggulan itu, stadion ini mendapat stadion dengan kategori tertinggi dalam standar UEFA. Stadion ini juga telah terpilih sebagai tuan rumah final UEFA Europa League 2014 mendatang. 

San Siro : Field of glory and dispair

 Jika ada sebuah lapangan, sebuah tempat, sebuah stadion, sebuah teater atau sebuah arena pertarungan yang menjadi saksi gugurnya klub - klub besar Eropa, mungkin pikiran kita akan tertuju pada San Siro. Stadion ini telah menyaksikan gugurnya Barcelona, Manchester United, Chelsea, Juventus, Arsenal dan klub - klub besar lainnya ditangan AC Milan dan Internazionale Milan. Stadion yang terletak di  kota Milan ini memiliki kisah unik karena ditempati 2 klub besar asal Milan yaitu AC Milan dan Internazionale Milano yang kaya akan rivalitas. Kubu merah hitam menyebut stadion ini San Siro sedangkan kubu biru hitam memanggilnya Giuseppe Meazza, nama tersebut diambil dari legenda Inter dan legenda Timnas Italia yang kebetulan juga pernah bermain untuk AC Milan. 
 Sejarah stadion ini bermula pada tahun 1925 saat presiden AC Milan saat itu, Piero Pirelli merencanakan pembangunan stadion sepakbola di distrik San Siro. Pada laga perdana, stadion ini menjadi saksi kekalahan AC Milan yang dipermalukan 6-3 oleh rival Inter Milan pada 19 September 1926. Ironisnya, AC Milan menjadi klub besar pertama yang kalah di San Siro.Inter Milan baru mulai menempati stadion ini pada 1947 seusai AC Milan menyetujui permintaan rivalnya itu. 
Stadion ini telah mengalami beberapa renovasi yaitu pada tahun 1956, 1980 an dan 2002. Renovasi besar terjadi seusai tragedi Heysel yang membuat seluruh stadion di eropa untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi kapasitas San Siro. Menjelang Piala Dunia Italia 1990, San Siro mengalami renovasi besar - besaran dengan dana yang membengkak. Renovasi tersebut termasuk membangun 11 menara beton untuk menopang tribun. 4 dari 11 menara beton tersebut terletak di setiap sudut stadion untuk menahan beban atap baru. 
Pada masa mendatang, stadion ini diperkirakan akan mengalami renovasi untuk terus meningkatkan kualitasnya. Sedangkan, masa depan Inter Milan di Giuseppe Meazza belum dipastikan mengingat kemungkinan pindahnya I Nerazzuri ke stadion mereka sendiri. Masa depan stadion ini mungkin belum tentu sama seperti masa lalunya, namun yang jelas stadion ini benar benar sebuah lapangan kemenangan dan keputusasaan yang sudah terbukti. 

Biografi Muhammad Hatta



Mohammad Hatta lahir pada tanggal 12 Agustus 1902 di Bukittinggi. Di kota kecil yang indah inilah Bung Hatta dibesarkan di lingkungan keluarga ibunya. Ayahnya, Haji Mohammad Djamil, meninggal ketika Hatta berusia delapan bulan. Dari ibunya, Hatta memiliki enam saudara perempuan. Ia adalah anak laki-laki satu-satunya. Sejak duduk di MULO di kota Padang, ia telah tertarik pada pergerakan. Sejak tahun 1916, timbul perkumpulan-perkumpulan pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Minahasa. dan Jong Ambon. Ia masuk ke perkumpulan Jong Sumatranen Bond.

Sebagai seorang bendahara Jong Sumatranen Bond, ia menyadari pentingnya arti keuangan bagi hidupnya perkumpulan. Tapi sumber keuangan baik dari iuran anggota maupun dari sumbangan luar hanya mungkin lancar kalau para anggotanya mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin. Rasa tanggung jawab dan disiplin selanjutnya menjadi ciri khas sifat-sifat Mohammad Hatta.

Masa belajar di Negeri Belanda

Tahun 1921 Hatta tiba di Negeri Kincir Angin yaitu Belanda, ia di sana untuk belajar pada Handels Hoge School di Rotterdam. Hatta mendaftar sebagai anggota Indische Vereniging. Tahun 1922, perkumpulan ini berganti nama menjadi Indonesische Vereniging. Perkumpulan yang menolak bekerja sama dengan Belanda itu kemudian berganti nama lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Hatta juga mengupayakan
 agar majalah perkumpulan, Hindia Poetra, terbit secara teratur sebagai dasar pengikat antaranggota. Pada tahun 1924 majalah ini berganti nama di kemudian menjadi Indonesia Merdeka.

Hatta lulus dalam ujian Handels Economie (ekonomi perdagangan) di tahun 1923. Pada awalnya dia bermaksud menempuh ujian doctoral di bidang ilmu ekonomi akhir tahun 1925. Oleh karena itu pada tahun 1924 ia non-aktif dalam PI. Untungnya
 waktu itu dibuka jurusan baru, yaitu hukum negara dan hukum administratif. Hatta pun memasuki jurusan itu terdorong oleh minatnya yang besar di bidang politik.

Perpanjangan rencana studinya itu besar kemungkinan Hatta terpilih menjadi Ketua PI pada tanggal 17 Januari 1926. Pada kesempatan itu, ia mengucapkan pidato inaugurasi yang berjudul "Economische Wereldbouw en Machtstegenstellingen"--Struktur Ekonomi Dunia dan Pertentangan kekuasaan. Dia mencoba menganalisis struktur ekonomi dunia dan berdasarkan itu, menunjuk landasan kebijaksanaan non-kooperatif.


Sejak tahun 1926 sampai 1930, berturut-turut Hatta dipilih menjadi Ketua PI. Di bawah kepemimpinannya, PI berkembang dari perkumpulan mahasiswa biasa menjadi organisasi politik yang mempengaruhi jalannya politik rakyat Indonesia. Sehingga akhirnya diakui oleh Pemufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPI) PI sebagai pos depan dari pergerakan nasional yang berada di Eropa.


PI melakukan propaganda aktif di Negeri Belanda. Hampir semua kongres intemasional di Eropa dimasukinya, dan menerima perkumpulan ini. Selama itu, hampir selalu Hatta sendiri yang memimpin delegasi.


Pada tahun 1926, dengan tujuan memperkenalkan nama "Indonesia", Hatta memimpin delegasi ke Kongres Demokrasi Intemasional untuk Perdamaian di Bierville, Prancis. Tanpa banyak oposisi, "Indonesia" secara resmi diakui oleh kongres. Nama "Indonesia" untuk menyebutkan wilayah Hindia Belanda ketika itu telah benar-benar dikenal di sejumlah kalangan organisasi-organisasi internasional.


Hatta dan pergerakan nasional Indonesia mendapat pengalaman penting di Liga Menentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial, suatu kongres internasional yang diadakan di Brussels pada tanggal 10-15 Pebruari tahun 1927. Di kongres ini Hatta berkenalan dengan pemimpin-pemimpin pergerakan buruh seperti G. Ledebour dan Edo Fimmen, serta tokoh-tokoh yang kemudian menjadi negarawan-negarawan di Asia dan Afrika seperti Jawaharlal Nehru (India), Hafiz Ramadhan Bey (Mesir), dan Senghor (Afrika). Persahabatan pribadinya dengan Nehru mulai dirintis sejak saat itu.


Pada tahun 1927 itu pula, Hatta dan Nehru diundang untuk memberikan ceramah bagi "Liga Wanita Internasional untuk Perdamaian dan Kebebasan" di Gland, Swiss. Judul ceramah Hatta L 'Indonesie et son Probleme de I' Independence (Indonesia dan Persoalan Kemerdekaan).


Bersama dengan Nazir St. Pamontjak, Ali Sastroamidjojo, dan Abdul Madjid Djojoadiningrat, Hatta dipenjara selama lima setengah bulan. Pada tanggal 22 Maret 1928, mahkamah pengadilan di Den Haag membebaskan keempatnya dari segala tuduhan. Dalam sidang yang bersejarah itu, Hatta mengemukakan pidato pembelaan yang mengagumkan, yang kemudian diterbitkan sebagai brosur dengan nama "Indonesia Vrij", dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai buku dengan judul Indonesia Merdeka.


Antara tahun 1930-1931, Hatta memusatkan diri kepada studinya serta penulisan karangan untuk majalah Daulat Ra‘jat dan kadang-kadang De Socialist. Ia merencanakan untuk mengakhiri studinya pada pertengahan tahun 1932.


Kembali ke Tanah Air

Pada bulan Juli 1932, Hatta berhasil menyelesaikan studinya di Negeri Belanda dan sebulan kemudian ia tiba di Jakarta. Antara akhir tahun 1932 dan 1933, kesibukan utama Hatta adalah menulis berbagai artikel politik dan ekonomi untuk Daulat Ra’jat dan melakukan berbagai kegiatan politik, terutama pendidikan kader-kader politik pada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Prinsip non-kooperasi selalu ditekankan kepada kader-kadernya.

Reaksi Hatta yang keras terhadap sikap Soekarno sehubungan dengan penahannya oleh Pemerintah Kolonial Belanda, yang berakhir dengan pembuangan Soekarno ke Ende, Flores, terlihat pada tulisan-tulisannya di Daulat Ra’jat, yang berjudul "Soekarno Ditahan" (10 Agustus 1933), "Tragedi Soekarno" (30 Nopember 1933), dan "Sikap Pemimpin" (10 Desember 1933).


Pada bulan Pebruari 1934, setelah Soekarno dibuang ke Ende, Pemerintah Kolonial Belanda mengalihkan perhatiannya kepada Partai Pendidikan Nasional Indonesia. Para pimpinan Partai Pendidikan Nasional Indonesia ditahan dan kemudian dibuang ke Boven Digoel. Seluruhnya berjumlah tujuh orang. Dari kantor Jakarta adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Bondan. Dari kantor Bandung: Maskun Sumadiredja, Burhanuddin, Soeka, dan Murwoto. Sebelum ke Digoel, mereka dipenjara selama hampir setahun di penjara Glodok dan Cipinang, Jakarta. Di penjara Glodok, Hatta menulis buku berjudul “Krisis Ekonomi dan Kapitalisme”.


Masa Pembuangan

Pada bulan Januari 1935, Hatta dan kawan-kawannya tiba di Tanah Merah, Boven Digoel (Papua). Kepala pemerintahan di sana, Kapten van Langen, menawarkan dua pilihan: bekerja untuk pemerintahan kolonial dengan upah 40 sen sehari dengan harapan nanti akan dikirim pulang ke daerah asal, atau menjadi buangan dengan menerima bahan makanan in natura, dengan tiada harapan akan dipulangkan ke daerah asal. Hatta menjawab, bila dia mau bekerja untuk pemerintah kolonial waktu dia masih di Jakarta, pasti telah menjadi orang besar dengan gaji besar pula. Maka tak perlulah dia ke Tanah Merah untuk menjadi kuli dengan gaji 40 sen sehari.

Dalam pembuangan, Hatta secara teratur menulis artikel-artikel untuk surat kabar Pemandangan. Honorariumnya cukup untuk biaya hidup di Tanah Merah dan dia dapat pula membantu kawan-kawannya. Rumahnya di Digoel dipenuhi oleh buku-bukunya yang khusus dibawa dari Jakarta sebanyak 16 peti. Dengan demikian, Hatta mempunyai cukup banyak bahan untuk memberikan pelajaran kepada kawan-kawannya di pembuangan mengenai ilmu ekonomi, sejarah, dan filsafat. Kumpulan bahan-bahan pelajaran itu di kemudian hari dibukukan dengan judul-judul antara lain, "Pengantar ke Jalan llmu dan Pengetahuan" dan "Alam Pikiran Yunani." (empat jilid).


Pada bulan Desember 1935, Kapten Wiarda, pengganti van Langen, memberitahukan bahwa tempat pembuangan Hatta dan Sjahrir dipindah ke Bandaneira. Pada Januari 1936 keduanya berangkat ke Bandaneira. Mereka bertemu Dr. Tjipto Mangunkusumo dan Mr. Iwa Kusumasumantri. Di Bandaneira, Hatta dan Sjahrir dapat bergaul bebas dengan penduduk setempat dan memberi pelajaran kepada anak-anak setempat dalam bidang sejarah, tatabuku, politik, dan lain-Iain.


Kembali Ke Jawa: Masa Pendudukan Jepang

Pada tanggal 3 Pebruari 1942, Hatta dan Sjahrir dibawa ke Sukabumi. Pada tanggal 9 Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada Jepang, dan pada tanggal 22 Maret 1942 Hatta dan Sjahrir dibawa ke Jakarta.

Pada masa pendudukan Jepang, Hatta diminta untuk bekerja sama sebagai penasehat. Hatta mengatakan tentang cita-cita bangsa Indonesia untuk merdeka, dan dia bertanya, apakah Jepang akan menjajah Indonesia? Kepala pemerintahan harian sementara, Mayor Jenderal Harada. menjawab bahwa Jepang tidak akan menjajah. Namun Hatta mengetahui, bahwa Kemerdekaan Indonesia dalam pemahaman Jepang berbeda dengan pengertiannya sendiri. Pengakuan Indonesia Merdeka oleh Jepang perlu bagi Hatta sebagai senjata terhadap Sekutu kelak. Bila Jepang yang fasis itu mau mengakui, apakah sekutu yang demokratis tidak akan mau? Karena itulah maka Jepang selalu didesaknya untuk memberi pengakuan tersebut, yang baru diperoleh pada bulan September 1944.


Selama masa pendudukan Jepang, Hatta tidak banyak bicara. Namun pidato yang diucapkan di Lapangan Ikada (sekarang Lapangan Merdeka) pada tanggaI 8 Desember 1942 menggemparkan banyak kalangan. Ia mengatakan, “Indonesia
terlepas dari penjajahan imperialisme Belanda. Dan oleh karena itu ia tak ingin menjadi jajahan kembali. Tua dan muda merasakan ini setajam-tajamnya. Bagi pemuda Indonesia, ia Iebih suka melihat Indonesia tenggelam ke dalam lautan daripada mempunyainya sebagai jajahan orang kembali."

Proklamasi

Pada awal Agustus 1945, Panitia Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia diganti dengan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, dengan Soekamo sebagai Ketua dan Mohammad Hatta sebagai Wakil Ketua. Anggotanya terdiri dari wakil-wakil daerah di seluruh Indonesia, sembilan dari Pulau Jawa dan dua belas orang dari luar Pulau Jawa.

Pada tanggal 16 Agustus 1945 malam, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mempersiapkan proklamasi dalam rapat di rumah Admiral Maeda (JI Imam Bonjol, sekarang), yang berakhir pada pukul 03.00 pagi keesokan harinya. Panitia kecil yang terdiri dari 5 orang, yaitu Soekamo, Hatta, Soebardjo, Soekarni, dan Sayuti Malik memisahkan diri ke suatu ruangan untuk menyusun teks proklamasi kemerdekaan. Soekarno meminta Hatta menyusun teks proklamasi yang ringkas. Hatta menyarankan agar Soekarno yang menuliskan kata-kata yang didiktekannya. Setelah pekerjaan itu selesai. mereka membawanya ke ruang tengah, tempat para anggota lainnya menanti.


Soekarni mengusulkan agar naskah proklamasi tersebut ditandatangi oleh dua orang saja, Soekarno dan Mohammad Hatta. Semua yang hadir menyambut dengan bertepuk tangan riuh.
Tangal 17 Agustus 1945, kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno dan Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia, tepat pada jam 10.00 pagi di Jalan Pengangsaan Timur 56 Jakarta.

Tanggal 18 Agustus 1945, Ir Soekarno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia dan Drs. Mohammad Hatta diangkat menjadi Wakil Presiden Republik Indonesia. Soekardjo Wijopranoto mengemukakan bahwa Presiden dan Wakil Presiden harus merupakan satu dwitunggal.


Periode Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Indonesia harus mempertahankan kemerdekaannya dari usaha Pemerintah Belanda yang ingin menjajah kembali. Pemerintah Republik Indonesia pindah dari Jakarta ke Yogyakarta. Dua kali perundingan dengan Belanda menghasilkan Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Reville, tetapi selalu berakhir dengan kegagalan akibat kecurangan pihak Belanda.

Untuk mencari dukungan luar negeri, pada Juli I947, Bung Hatta pergi ke India menemui Jawaharlal Nehru dan Mahatma Gandhi. dengan menyamar sebagai kopilot bernama Abdullah (Pilot pesawat adalah Biju Patnaik yang kemudian menjadi Menteri Baja India di masa Pemerintah Perdana Menteri Morarji Desai). Nehru berjanji, India dapat membantu Indonesia dengan protes dan resolusi kepada PBB agar Belanda dihukum.


Kesukaran dan ancaman yang dihadapi silih berganti. September 1948 PKI melakukan pemberontakan. 19 Desember 1948, Belanda kembali melancarkan agresi kedua. Presiden dan Wapres ditawan dan diasingkan ke Bangka. Namun perjuangan Rakyat Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan terus berkobar di mana-mana. Panglima Besar Soediman melanjutkan memimpin perjuangan bersenjata.


Pada tanggal 27 Desember 1949 di Den Haag, Bung Hatta yang mengetuai Delegasi Indonesia dalam Konperensi Meja Bundar untuk menerima pengakuan kedaulatan Indonesia dari Ratu Juliana.


Bung Hatta juga menjadi Perdana Menteri waktu Negara Republik Indonesia Serikat berdiri. Selanjutnya setelah RIS menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, Bung Hatta kembali menjadi Wakil Presiden.


Periode Tahun 1950-1956

Selama menjadi Wakil Presiden, Bung Hatta tetap aktif memberikan ceramah-ceramah di berbagai lembaga pendidikan tinggi. Dia juga tetap menulis berbagai karangan dan buku-buku ilmiah di bidang ekonomi dan koperasi. Dia juga aktif membimbing gerakan koperasi untuk melaksanakan cita-cita dalam konsepsi ekonominya. Tanggal 12 Juli 1951, Bung Hatta mengucapkan pidato radio untuk menyambut Hari Koperasi di Indonesia. Karena besamya aktivitas Bung Hatta dalam gerakan koperasi, maka pada tanggal 17 Juli 1953 dia diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Indonesia di Bandung. Pikiran-pikiran Bung Hatta mengenai koperasi antara lain dituangkan dalam bukunya yang berjudul Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun (1971).

Pada tahun 1955, Bung Hatta mengumumkan bahwa apabila parlemen dan konsituante pilihan rakyat sudah terbentuk, ia akan mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden. Niatnya untuk mengundurkan diri itu diberitahukannya melalui sepucuk surat kepada ketua Perlemen, Mr. Sartono. Tembusan surat dikirimkan kepada Presiden Soekarno. Setelah Konstituante dibuka secara resmi oleh Presiden, Wakil Presiden Hatta mengemukakan kepada Ketua Parlemen bahwa pada tanggal l Desember 1956 ia akan meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI. Presiden Soekarno berusaha mencegahnya, tetapi Bung Hatta tetap pada pendiriannya.


Pada tangal 27 Nopember 1956, ia memperoleh gelar kehormatan akademis yaitu Doctor Honoris Causa dalam ilmu hukum dari Universitas Gajah Mada di Yoyakarta. Pada kesempatan itu, Bung Hatta mengucapkan pidato pengukuhan yang berjudul “Lampau dan Datang”.


Sesudah Bung Hatta meletakkan jabatannya sebagai Wakil Presiden RI, beberapa gelar akademis juga diperolehnya dari berbagai perguruan tinggi. Universitas Padjadjaran di Bandung mengukuhkan Bung Hatta sebagai guru besar dalam ilmu politik perekonomian. Universitas Hasanuddin di Ujung Pandang memberikan gelar Doctor Honoris Causa dalam bidang Ekonomi. Universitas Indonesia memberikan gelar Doctor Honoris Causa di bidang ilmu hukum. Pidato pengukuhan Bung Hatta berjudul “Menuju Negara Hukum”.


Pada tahun 1960 Bung Hatta menulis "Demokrasi Kita" dalam majalah Pandji Masyarakat. Sebuah tulisan yang terkenal karena menonjolkan pandangan dan pikiran Bung Hatta mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia waktu itu.


Dalam masa pemerintahan Orde Baru, Bung Hatta lebih merupakan negarawan sesepuh bagi bangsanya daripada seorang politikus.


Hatta menikah dengan Rahmi Rachim pada tanggal l8 Nopember 1945 di desa Megamendung, Bogor, Jawa Barat. Mereka mempunyai tiga orang putri, yaitu Meutia Farida, Gemala Rabi'ah, dan Halida Nuriah. Dua orang putrinya yang tertua telah menikah. Yang pertama dengan Dr. Sri-Edi Swasono dan yang kedua dengan Drs. Mohammad Chalil Baridjambek. Hatta sempat menyaksikan kelahiran dua cucunya, yaitu Sri Juwita Hanum Swasono dan Mohamad Athar Baridjambek.


Pada tanggal 15 Agustus 1972, Presiden Soeharto menyampaikan kepada Bung Hatta anugerah negara berupa Tanda Kehormatan tertinggi "Bintang Republik Indonesia Kelas I" pada suatu upacara kenegaraan di Istana Negara.

Bung Hatta, Proklamator Kemerdekaan dan Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia, wafat pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Dr Tjipto Mangunkusumo, Jakarta, pada usia 77 tahun dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir pada tanggal 15 Maret 1980.

 
Berikut Biodata dari Mohammad Hatta

Nama : Dr. Mohammad Hatta (Bung Hatta)


Lahir : Bukittinggi, 12 Agustus 1902


Wafat : Jakarta, 14 Maret 1980


Istri : (Alm.) Rahmi Rachim


Anak :

  1. Meutia Farida
  2. Gemala
  3. Halida Nuriah

Gelar Pahlawan : Pahlawan Proklamator RI tahun 1986


Pendidikan :

  1. Europese Largere School (ELS) di Bukittinggi (1916)
  2. Meer Uirgebreid Lagere School (MULO) di Padang (1919)
  3. Handel Middlebare School (Sekolah Menengah Dagang), Jakarta (1921)
  4. Gelar Drs dari Nederland Handelshogeschool, Rotterdam, Belanda (1932)

Karir :

  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Padang (1916-1919)
  • Bendahara Jong Sumatranen Bond, Jakarta (1920-1921)
  • Ketua Perhimpunan Indonesia di Belanda (1925-1930)
  • Wakil delegasi Indonesia dalam gerakan Liga Melawan Imperialisme dan Penjajahan, Berlin (1927-1931) 
  • Ketua Panitia (PNI Baru) Pendidikan Nasional Indonesia (1934-1935)
  • Kepala Kantor Penasihat pada pemerintah Bala Tentara Jepang (April 1942)
  • Anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (Mei 1945)
  • Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (7 Agustus 1945)
  • Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus 1945)
  • Wakil Presiden Republik Indonesia pertama (18 Agustus 1945)
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan (Januari 1948 - Desember 1949)
  • Ketua Delegasi Indonesia pada Konferensi Meja Bundar di Den Haag dan menerima penyerahan kedaulatan dari Ratu Juliana (1949)
  • Wakil Presiden merangkap Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Kabinet Republik Indonesia Serikat (Desember 1949 - Agustus 1950)
  • Dosen di Sesko Angkatan Darat, Bandung (1951-1961)
  • Dosen di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta (1954-1959)
  • Penasihat Presiden dan Penasihat Komisi IV tentang masalah korupsi (1969) 
  • Ketua Panitia Lima yang bertugas memberikan perumusan penafsiran mengenai Pancasila (1975)