Pages - Menu

Kamis, 17 Januari 2013

kenapa baru sekarang?

Dulu, dulu sekali, aku sangat memperhatikanmu. Seperti layaknya anak kecil yang ngaku-ngaku punya idola, dan aku selalu memikirkan dan menyebut inisial namamu setiap ditanya. Memalukan kalau diingat, begitu terobsesi tapi hanya bisa memendam rasa. Kamu dulu begitu dingin. Sosok aneh yang aku pikir dulu kamu bukan manusia karena sangat sangat enggan sekali rasanya kamu mengucap kata, bahkan hanya untuk sekedar menyapaku. Tapi tetap saja diam-diam aku memperhatikan, merekam setiap moment dimana aku melihatmu, bertemu denganmu, setiap moment yang hambar tanpa audio terekam.

Kemarin, kau paksa aku memutar kembali rekaman itu. Menjejak ulang masa-masa yang lalu, kembali ke masa kecil penuh dengan hati bertanya-tanya "hei, apakah kamu manusia?". Dan ternyata, jawaban dari pertanyaan itu membutuhkan waktu yang sangat lama, kenapa tidak dari dulu?

Ya, kenapa baru sekarang? tentu saja pertanyaan itu menyusul muncul. Kau lalu menjawab hanya dengan "dulu aku malu, dan takut". Ah,benar-benar menyebalkan. Selama ini berpura-pura diam tapi saling bertanya-tanya dalam hati. Saling diam tapi sama-sama merekam moment visual bersama. Sekarang kau mengajakku duduk manis menonton ulang rekaman itu, saling menyocokkan bagian mana yang terlewatkan. Sungguh, masa lalu terasa jadi baru. Sungguh, sekian lama kita terdiam dalam keterasingan meski jarak berdekatan.

Lalu, akankah cinta monyetku dulu berubah menjadi cinta gorilla?? Sama-sama kita terdiam. Lama. Itulah sebenernya jawaban dari 'kenapa baru sekarang'. Kita tahu kita (dulu) tidak bisa bersama, apalagi menyatakan suka, rasanya terlalu mengada-ada, akan jadi bahan pembicaraan bagi mereka, dan pasti malah akan tersiksa dibuatnya. Kalau sekarang? Kesempatan itu ada, usia juga sudah tidak menipu, memberi penjelasan yang logis kepada mereka pun aku rasa kita sudah mampu. Tunggu apalagi? Masih kurang nyali? Aku rasa bukan. Pikiran logis jauh di dalam kepala kita mengatakan kita tidak bisa bersama. Dengan alih-alih cinta atau suka sepertinya tidak bisa mengalahkan fakta akan posisi kita. Padahal, beberapa orang bisa bebas begitu, mereka pun dimaklumi. Lalu kita apa? Aku menunggu, memendam, merekam semuanya sebegitu lamanya hanya untuk sekedar tahu bahwa ternyata kau juga suka? Sudah begitu saja?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar